Senin, 01 September 2008

Bertemu Konglomerat di Gudeg Djuminten

Sebenarnya saya hanya berencana setengah hari saja di Jogja. Pagi-pagi tiba, lalu sorenya harus ke Jakarta. Malam itu saya punya janji bertemu dengan orang yang amat penting di Jakarta. Karena itu saya tidak membawa tas, hanya pakai baju ala kadarnya dan sepatu kets yang lama.
Tapi begitu tiba di Jogja, saya diberitahu bahwa saya tidak boleh meninggalkan Jogja. Sore itu saya harus memimpin teman-teman pengusaha besar yang datang dari seluruh Indonesia untuk bertemu Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Malamnya juga harus menghadiri acara napak tilas jejak peradaban umat Budha di Borobudur.
“Saya harus ke Jakarta. Amat penting,” kata saya.
“Tidak bisa. Ini sudah aklamasi bahwa Anda yang harus memimpin pertemuan nanti,” ujar Murdaya Poo, konglomerat yang dikenal tidak pernah punya utang itu.
“Saya tidak bawa baju,” sergah saya.
“Saya ambilkan. Saya punya perusahaan batik,” ujar Suryadi Suryadinata, pemilik batik Surya Malioboro, Jogja. Tanpa tunggu komentar saya, dia langsung melesat. Balik-balik dia sudah membawa dua batik untuk saya pilih.
“Saya tidak bawa sepatu,” kata saya.
“Semua orang sudah tahu Anda tidak punya sepatu kecuali kets,” gurau pengusaha kimia besar dari Jakarta.
Pokoknya, saya takluk deh. Tiket ke Jakarta harus saya batalkan. Pertemuan dengan orang yang amat penting itu juga harus saya tunda.
Siang itu saya memang makan siang di warung gudeg Djuminten di Jalan Asem Gede, Jogja. Warung penuh sesak dengan para pengusaha besar yang siang itu banyak yang makan secara santai. Kontan persediaan gudeg ludes. Saya yang mau tambah ayam saja tidak kebagian. Di situ berkumpul tokoh-tokoh Tionghoa Jogja, Semarang, Solo, Jakarta dan Surabaya. Terlihat juga pemilik jaringan mal Sri Ratu dan para pengurus paguyuban marga Hakka.
Sore itu dialog dengan presiden berlangsung satu jam. Sekitar 200 pengusaha hadir. Presiden disertai ibu negara, menteri agama, menteri sekab dan panglima ABRI. Pengusaha penanyakan soal pembangunan infrastruktur, kelancaran penyaluran pupuk untuk petani dan kelancaran distribusi BBM. Presiden menjelaskan banyak hal yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Ketua Umum Walubi (Perwalian Umat Budha Indoensia), Hartati Murdaya Poo menyampaikan keinginan pengusaha agar keamanan dan kehidupan sosial bisa stabil seperti selama ini.
Sebetulnya tidak semua yang hadir sore itu umat Budha. Saya lihat ada juga yang Katolik dan Kristen. Maka kepada presiden saya memperkenalkan mereka secara bergurau. “Yang hadir di sini adalah ada yang Budha asli, ada yang budha Katolik dan budha Kristen. Juga ada satu yang budh-is, budha Islam, seperti saya,” kata saya yang disambut tertawa semua yang hadir.
Saya harus angkat topi pada Hartati Murdaya. Ketika banyak pengusaha kembali ke Hyatt Hotel, Hartati tidak kelihatan batang hidungnya. Tengah malam itu dia memimpin teman-temannya sembahyangan di Borobudur sampai larut malam. Bahkan ketika yang lain-lain balik ke hotel Hartati juga tidak kelihatan. Ternyata pengusaha besar itu memilih tidur di kamar wihara di Mendut. “Setiap ke daerah, beliau memang memilih tidur di wihara,” ujar Melinda Tedja pengusaha besar yang juga besan Hartati. “Saya belum bisa seperti beliau, tinggal di tempat yang begitu sederhana,” tambahnya.Tiga hari lamanya Hartati tinggal di wihara. Maklum dia juga harus memimpin bakti sosial umat Budha terhadap 10.000 warga di sekitar Borobudur. Saya sempat berkunjung ke wihara itu untuk melihat kamar Hartati yang begitu sederhana dan bersuasana amat desa. Saya juga melihat persiapan dapur umum yang sedang memasang untuk ribuan orang.

7 komentar:

ilwadi mengatakan...

Yth. Bpk. Dahlan Iskan

Saya adalah seorang pekerja kebanyakan yang hidup pas-pasan (dalam artian gali lobang tutup lobang) dari bulan ke bulan. Saya sering membaca artikel serta berbagai ulasan anda tentang perekonomian, globalisasi serta artikel-artikel lain yang sangat tepat untuk dibaca dan diekspos ke rubrik umum. Timbul rasa kagum saya terhadap wawasan yang anda miliki Pengetahuan dan wawasan yang anda miliki sebagai seorang CEO sepertinya melebihi seorang menteri perekonomian dan jajaran dibawahnya. Salut !!!!

Tetapi .....
Setahun atau beberapa bulan terakhir timbul kebosanan bahkan "sangat membosankan" membaca artikel anda yang lebih mengarah kearah exclusive-me pribadi yang seakan-akan mengatakan bahwa anda bisa melakukan apa saja, membeli apa saja, pergi kemana saja, berobat kemana saja, menginap di hotel mana saja diseluruh dunia dengan uang dan properti yang anda miliki dan menilai segala kekurangan dan sisi negatif dari semua fasilias yang anda beli. ANDA LUPA bahwa bahwa semua itu adalah sisi-sisi kemampuan yang hanya dimiliki oleh kaum minoritas, sementara kaum mayoritas dalam kehidupan realnya berusaha untuk survive dengan segala kekurangan kebutuhan primer akibat ulah mafia dan penjahat ekonomi dengan segala ulah dan manufernya yang mampu me-remote jalannya perekenomian yang mendatangkan hantu yang bernama krisis ekonomi dan krisis global.

The point is ....
Secara verbal saya mengagumi tulisan, rubrik and artikel anda walaupun saya belum pernah berjumpa secara langsung dengan sosok Dahlan Iskan. Jangan lunturkan kekaguman saya bahkan mungkin pembaca yang lain dengan tulisan anda yang terakhir ini mulai condong kearah exclusive style. Jangan biarkan pengagum anda (termasuk saya) berfikir sinis dan menilai anda tidak memiliki sense of crisis. Maaf kalau sedikit menyinggung. Ini adalah expresi saya terhadap orang yang dikagumi. Terima kasih.

Hormat saya

ILWADI

Alamat : Pekanbaru-Riau
Telp. : 0813 65 31 6773


add : Suatu kehormatan bagi saya bila Bapak punya waktu membalas langsung email saya.

manz_btx.blogger mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
manz_btx.blogger mengatakan...

yth. Bpk.Dahlan Iskan

Saya adalah anak dari salah satu pegawai PLN,saya hanya ingin bertanya. Apakah arti dari pengabdian seseorang terhadap pekerjaan yg telah dijalani lebih dari 20thn??bagaimana penilaian anda??
Dan saya sangat kecewa dengan peraturan yang ada di Perusahaan PLN sekarang ini,karena peraturan sekarang lebih condong ke kelompok minoritas..dari pada mayoritas.

masih banyak pertanyaan dalam benak saya.Terima kasih

"Suatu kehormatan bila Bpk dapat membalas atau saya dapat chatting langsung dengan anda"

Unknown mengatakan...

Mas Dahlan, saya pensiunan dini PLN, ingin menanyakan sesuatu mengenai kesejahteraan para pensiunan. Apakah mas Dahlan punya hotline?

Terimakasih kangmas

Agus mengatakan...

Salam Hormat Pak Dahlan,

Saya berharap bapak masih ada waktu untuk mengunjungi blog bapak ini dan membaca uneg-uneg saya ini.

Sebenarnya saya ada banyak uneg-uneg yang akan saya sampaikan kepada bapak namun karena saya tau bapak saat ini pastinya sangat sibuk, jadi saya hanya akan menyampaikan satu saja dari sekian banyak uneg-uneg yang ada di pikirian saya.

Berhubung saat ini bapak sudah menjadi Menteri BUMN, maka yang akan saya utarakan sekitar masalah BUMN.
Saya merasa kebijakan pemerinta untuk subsidi BBM sangat lah tidak tepat dan sesungguhnya menyakiti hati rakyat kecil, mengapa demikian ?. karena yang menikmati BBM sebagian besar adalah masarakat golongan menengah ke atas yang memiliki kendaraan bermotor, bagai mana dengan masarakat yang tidak memiliki kendaraan bermotor ?,apa yang mereka dapatkan ?, mohon kiranya bapak pertimbangkan masalah ini dan sebenarnya saya ada solusinya, namun siapalah saya yang hanya masarakat kecil dan berpendidikan pas-pasan apakah mungkin diterima solusinya oleh bapak yg notabene berpendidikan tinggi,tapi saya tidak berkecil hati mungkin saya belum berpeluang untuk ikut membela rakyat kecil.

Terima kasih sebelumnya saya ucapkan atas ketersediaan waktu bapak untuk membaca tulisan saya.
Saya doakan semoga bapat tetap sehat dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan selalu berada dijalan yang benar.

Salam,
Agus Soesanto
081908051158

Bahar Maksum mengatakan...

Akan lebih baik, kalau masalah-masalah yang kalian sampaikan dibuka secara terusterang, sehingga siapa pun pembacanya akan memahaminya dengan jelas. Dahlan Iskan manusia biasa, pasti ada salah dan hilap serta berbagai kekurangan. Tetapi dia sangat terbuka.
Jadi, kalau bikin surat terbuka, ya buka saja permasalahan sebenarnya dan apa yang kalian inginkan....

Anonim mengatakan...

Di for president


https://jualfurniturerotan.wordpress.com